Setelah empat bulan lamanya istirahat poll di Indonesia, hatiku cukup berdebar saat abi memutuskan untuk kembali membawa aku dan Syafin ke Korea. Sebetulnya pastinya bahagia yah, bisa berkumpul kembali. Namun, at least ada banyak yang harus aku persiapkan termasuk mempersiapkan Syafin menjadi kaka kemudian hari. Aku cuma punya waktu sekitar tiga bulan lagi. Segala kemanjaan selama di tanah air harus aku pupus kembali. Saatnya kembali ke realita….
Aku kembali ke Korea dalam kondisi hamil tua. Dua puluh delapan minggu tepatnya, sesuai persyaratan deadline naik pesawat yang cukup aman. Kehamilan ini boleh dibilang agak lain dengan kehamilan pertamaku. Lebih banyak keluhan, dan dalam kondisi perut yang lebih besar lagi, juga ditambah berat badan ibu yang tak kunjung naik hingga memasuki trimester ketiga. So far janinnya sehat, jadi bagiku mudah-mudahan memang tidak ada apa-apa. Meskipun hingga usia hamil tua lelah, lemas dan mual masih saja aku alami.
Orang tuaku tentu khawatir akan kondisiku, beliau sangat mewanti-wantiku. Terlebih mendengar kabar suamiku yang sekarang berstatus bekerja, mereka khawatir tidak bisa membantuku. Tapi aku tetap bersikeras untuk melahirkan dengan suami. Selain hatiku lebih tenang, juga aku tidak menemukan tempat bersalin yang recomended di tempat aku tinggal di Indonesia.
Hari-hari berlalu, tentu dengan adaptasi yang lumayan menyita waktu dan energiku. Syafin yang lebih banyak aktif baik fisik, maupun perkembangan komunikasi dia semasa di tanah air, menuntutku memprioritaskan lebih bahkan dari kondisi badanku sendiri. Namun memang bagiku ini masanya aku fokus pada Syafin. Sembari mempersiapkan kelak saat ia harus punya adik. Saat yang tepat untuk mengatur rutinitas hariannya agar terpenuhi semua kebutuhan jasmani maupun ruhaninya.
Aku pun mulai melist target buat Syafin. Berbekal pengalaman orang-orang, sharing ilmu di banyak group juga ilmu-ilmu yang banyak aku baca saat di tanah air aku mulai membuat point-point kegiatan untuknya. Aku mesti memiliki standar kesehatan buat anakku, perkembangan motoriknya terpenuhi, komunikasi lebih lancar, tak lupa sebagai salah satu penduduk muslim minoritas aku harus mempersiapkannya untuk kehidupan ke depan. Tantangan akhlak anak-anak yang mungkin berbeda, kepahaman dia terhadap Allah, juga siap mental untuk menjadi muslim yang sejatinya jika kelak harus berbaur dengan masyarakat kebanyakan. Dalam kondisi, aku belum tahu entah sampai kapan kami tinggal di sini.
Tentunya aku tidak ingin memaksanya, anak umur dua tahun yang banyak orang bilang si “trouble two” mana mau dipaksa-paksa. Namun aku memulai semuanya dengan keteladanan. Untuk urusan sehat aku targetkan jumlah jam tidur dia, makanan yang ia santap setidaknya setiap hari mesti mau menyantap buah dan sayuran, juga olahraga. Olahraga tentunya tidak harus serius berolah raga, aku berusaha menyempatkan ia bermain di luar. Beruntung banyak taman yang menyediakan fasilitas fisik buat anak-anak, tinggal melatih Syafin lebih berani. Kalaupun tidak sempat, dan abinya pun demikian, setidaknya dia melakukan olahraga fisik di rumah. Main bola, jumping on the bad (salah satu video kesukaan syafin) atau aku berikan senam kesegaran jasmani untuk anak-anak. Sepahamku Syafin peniru ulung, maka tak sulit bagiku untuk memberikan aktifitas fisik seperti itu meskipun berupa video youtube.
Alhamdulillahnya, abi yang baik memberikan hadiah Syafin sepeda mini. Namanya Zoko (Serius ada labelnya :D). Sayangnya kaki Syafin masih terlalu pendek untuk menggayuh pedal sepeda itu. Alhasil sepeda itu hanya menjadi kereta dorong Syafin, namun tak masalah karena dia sangat enjoy menikmati sepeda itu saban sore sambil menemani umi jalan-jalan.
Syafin juga sedang belajar toilet training sejak di Indonesia. Aku sendiri belum meluluskannya sampai betul-betul anak ini bebas sekian bulan bilang pipis di kamar mandi. Sunat semasa di Indonesia ternyata sangat membantu merangsangnya untuk keinginan pipis. Namun saat ia tidur, buru-buru aku kenakan ia pampers. Terus terang aku belum tega melakukannya, selain pengalaman buruk semasa di Indonesia, meskipun digunakan perlak namun tak tega rasanya membiarkan ia basah kuyup sepanjang malam. Apalagi aku tipe yang sudah tidur lupa bangun. Nanti mungkin akan aku targetkan saat pipisnya mulai berkurang di malam hari.
Aku juga menerapkannya standar kesehatan ruhani. Di mana, aktifitas ruhiyah harian dia sebisa mungkin aku tuntun dan teladani. Membiasakannya membaca doa, mengajarkannya mengeja surat pendek (meskipun baru sampai alfatihah, at least you can do it Syafin), ikut shalat sama umi dan abi (Alhamdulillah ini yang rasanya dirinya tak pernah absen).
Surprise lainnya aku dapati darinya adalah, tiba-tiba ia tertarik sama huruf-huruf abjad. Sebetulnya aku tidak menargetkannya. Apalagi anak laki-laki yang cenderung pemalas. Namun berhubung saat di Indonesia Syafin punya sepupu yang baru lulus PAUD dan menempel huruf abjad di kamarnya, dia jadi suka ikut-ikutan nunjuk-nunjuk. Alhasil video youtube abjad jadi salah satu kegemarannya.
Selain itu yang malah jadi targetan aku adalah ingin sekali mengajari Syafin mengaji sedari dini. Aku pribadi merasa ini sesuatu yang urgent, dibalik aku seringkali memberikan pengajian ke teman-teman di sini, masa ia anak sendiri terbengkalai? aku benar-benar iri melihat ada lho anak dua tahun yang punya insting Al-Qurannya aduhai. Jujur aku belum menemukan cara agar ia serius, keingin tahuan sudah ada. Terlebih betapa bahagianya aku karena ternyata iqro satu itu ada aplikasinya di suatu video youtube buatan Malaysia. Itu bisa jadi ide aku untuk mengajarinya sambil bernyanyi-nyanyi. Awalnya Syafin belum paham, lama-lama meskipun belum benar apa yang ia tunjuk dengan apa yang ia ucap setidaknya aku sudah memulai ketertarikan baginya.
Selain tak lupa Syafin menggemari berbagai shalawat sedari ia berumur kurang lebih 15 bulan. Entah karena aku hobi sekali memasang itu di rumah, Syafin hafal shalawat badar dari jauh ia bisa berkomunikasi yang lain-lainnya. Sampai sekarang ia sudah hafal dua tipe shalawat. Alhamdulillah semoga keberkahan selalu untukmu Nak….
Ada lautan syukur, meskipun aku cukup jatuh bangun sebulan berjibaku dengan rutinitas anakku. Namun dengan kejelasan prinsip target yang terus patut aku kembangkan, rasanya aku lebih ringan untuk mengemban amanah anak kedua kelak. Karena Syafin sudah punya standar kegiatan sendiri. Selain aktifitas wajib, dia juga menambah wawasan menulis dan menggambar, bercerita dengan lego dan balok dia di rumah, juga bermain-main dengan mobil-mobilannya.
Nyaris keinginan aku sebelumnya untuk menyekolahkan syafin preschool aku pupus dalam-dalam.Tiba-tiba saja aku berpikir, sebelum Syafin paham Syafin anak muslim, Allah Tuhanku dan islam agamaku, aku prefer untuk memberinya kegiatan di rumah saja. Sebetulnya aku gak anti sekolah di Korea, jika kita mampu, abinya juga oke karena Syafin butuh sosialisasi. Terlebih hidup di negeri tanpa pembantu, ibu-ibu sibuk dengan urusan masing-masing anak-anak jarang bermain bersama kawan-kawan. Satu hal yang kita khawatirkan adalah akhlak yang pudar terlebih dahulu termakan lingkungan jika ia belum paham. Jika komunikasi belum lancar, jika ia belum bisa bercerita apa yang terjadi di sekolah. Bagaimana aku bisa mengontrol. Maka keinginan itu aku tahan hingga Syafin bisa menembus batas yang kami harapkan.
Satu hal yang jadi sandaranku, aku tiada berarti apa-apa tanpa pertolongan Allah. Jika aku lelah, maka inginku kembali merapikan hak-hak Allah yang kadang terbengkalai oleh kesibukanku. Maka tentu Allah akan memperingan langkahku. Jika aku merasa kehabisan akal, maka aku tengadahkan tanganku, perbanyak istigfarku hingga Allah memberiku penyelesaian atas segala permasalahanku.
Karenanya, aku simpan catatan ini sebagai pengingatku. Sarana motivasi aku dan inspirasi pribadiku. Semoga bisa menjadi inspirasi buat semua…Aamiin.
-Gyeongsan, 26 September 2012-
Belajar shalawat dsb ini ketika umur Syafin berapa Da? Apa ada cara untuk mendidik quran (atau bahasa non-bahasa indonesia) ke anak sejak usia dini yang recommended?
Lagi nyari2 referensi aja nih, hehehe…
Mmh sebenernya ga pake diajarin By. Baca deh link2 parenting da sebelumnya. Menurut da anak tuh lebih efektif diberi teladan. Kebetulan dari bayi cara da menidurlan syafin ya dgn shala wat itu. Jadi pas dia mau disapih ya itu cara jitu dia mau tidur tanpa
mimi sampe dia suka shalawatan sdr. Klo bwt alquran da ada referensi bagus buku balitaku khatam alQuran karangan dr sarmini bagus banget. Aida jg masih bljr klo itu.klo ngajarin aja anak mah cpt. Tapi istiqomah yg sulit. Apalagi skr syafin dah pinter main laptop sdr main gadget dll susah bgt bujuknya…klo bahasa asing itu juga mau2nya dia aja. Kdg klo berhitung maunya english kdg korea.beberapa kata dia pake english kdg indo. Tapi syafin aga lmbt di bahasa dia msh perkata wlopun ganti2 krn dia dengernya kan byk ibu bpknya ngommong indo di buku/youtube/junior naver dia byk mainan edukatif bhs inggris dan korea.tapisyafin blm bisa bwt kalimat lho….btw salam y bwt fatih.kmrin dgr kajiannya ust felix ttg muhamad alfatih. Keren jg idenya hehe
Wow, referensi buku bagus, akan di cek Da. Nuhuuuun…
Btw, klo anak udah kenal gadget kayaknya susah untuk dipisahkan ya.
Yap, saya juga kagum dengan sejarah Al-Fatih, lebih keren dan detail dari yg dulu pernah didengar.
pengalaman ke syafn si gitu beda2 tapi si kyknya….klo anak cowo sejarah ponakan Da begtu hehe, klo anak cewe biasanya ga gitu suka. Fatih berapa tahun ya? klo 0-2 thn syafin mash polos paling diberi laptop yg ada dai pretelin tuts keyboardnya…makanya abinya kasi dia yg touchscree sembari diajarn games edukatif si bagus memang tapi lama2 dia bisa operasiin sdr hehe….dbukain buat belajar ngaji lagi babehnya melek dia pindahin youtubenya, ga bisa ngetik ada idenya pilih history trs related video..nah makanya itu yg da blg susah :))….makanya skr klo kita mulai pake jam klo dia udah mainin elektronikan..hehe